Unsur intrinsik :
1. TEMA :
Perjalanan panjang menuju tanah suci yang penuh arti.
2. ALUR : Dalam alur ini terdapar alur campura yaitu alur maju dan alur mundur
3. LATAR :
Pelabuhan, stasiun dan pasar kota Surabaya
-Pelabuhan Kota Semarang
-Dermaga kota Batavia
-Kota Tua
-Pelabuhan Lampung
-Pelabuhan Bengkulu
-Pelabuhan Padang
-Pelabuhan Banda Aceh
-Hamparan laut luas samudera Hindia-Kolombo sri lanka, Pesisir pantai Kolombo.
Waktu : Pagi hingga Malam selama
Suasana : Menyenakan, mengharukan, dan menegangkan.
4. TOKOH : Daeng Andipati, Anna Dan Elsa, Gurutt (Ahmad Karaeng), Ambo Uleng, Ruben Si Bostwain, Chef Lars,Mbah Kakung dll.
5. PERWATAKAN :
1. Daeng Andipati : baik hati, Pintar, berkarismatik, penyayang dan pemaaf
2. Anna dan Elsa : baik hati, pintar, lucu, dan memgemaskan,3. Gurutta (Ahmad Karaeng) : belajar dari pengalaman, memiliki jiwa pemimpin yang tinggi, rendah diri, mudah bergaul, dan pintar.
4. Ambo Uleng : pendiam,penolong, rajin, pintar, dan baik.
5. Mbah Kakung : jujur, tidak mudah menyerah, mudah bersedih.
6. Ruben si Boatswain : baik hati, banyak berbicara, dan suka men ceritakan,
7. Chef Lars : pemarah, emosian, dan jika sedang kesal mulut nya sangatlah tajam seperti pisau.
Dan lain-lain
6. SUDUT PANDANG : orang ke tiga dalam menuliskan semua kisah ini.
Bahasanya ringan meski di selipkan beberapa istilah yang biasa di gunakan pelaut.
7. AMANAT : Janganlah kamu terjebak di masa lalu mu, jika kamu terjebak bisa membahayakan masa depanmu.
Unsur Ekstrinsik :
1. Kelebihan : Dalam novel ini, terdapat kata-kata indah yang juga mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ada dihati kita. Isi pesan-pesan yang disampaikan sangat baik ditambah dengan kata-kata yang mudah dipahami. Ulasan kisah sejarah dalam cerita juga sangat menarik, membuat pembaca mengingat lagi sejarah perjuangan Indonesia sebelum merdeka. Akhir kisah yang Indah tentang sebuah kerinduan.
2. Kekurangan : Novel sangat panjang dan beberapa ceritanya mudah di tebak. Novel terlalu banyak tentang menceritakan tentang Anna dan Elsa. Sehingga beberapa cerita berulang tentag mereka yang ceritanya sama dengan sebelumnya perlu di kurangi. Di akhir cerita juga tidak lagi dibahas tentang si Tukang Cukur yang akan didoakan oleh gurutta
3. Nilai Sosial : Bonda Upe menwarkan diri untuk menjadi tenaga pengajar dengan sukarela
4. Nilai Moral : Kejujuran, rendah hatiNilai Budaya : Percakapan dengan aksen daerah masing-masing
5. Nilai Religi : Gurutta tetap mengajar ngaji walau dibatasi
Sinopsis
Novel Karya Darwis Tere Liye ini mengisahkan tentang perjalanan panjang kerinduan yang membebani hati. Dimulai dari menempuh perjalanan dengan dosa yang banyak di masa lalu. Lalu, menempuh perjalanan yang penuh dengan kebencian karena kehilangan cintanya.
Novel ini memiliki latar waktu pada masa Belanda menjajah Indonesia. Saat itu, warga pribumi akan diberi fasilitas ibadah haji oleh pemerintah Belanda bagi yang mempunyai cukup uang. Perjalanan dilakukan menggunakan kapal Blitar Holland, yang merupakan transportasi modern saat itu.
Dikisahkan keluarga Daeng yang mengikuti perjalanan haji bersama dengan orang tua, kedua anaknya dan pembantunya. Mereka sangat gembira namun tidak mengetahui maksud terselubung ayahnya.
Di sisi lain, ada seorang pelaut yang bernama Ambo Uleng. Ia menghabiskan hampir seluruh hjdupnya di atas laut. Ia juga menaiki kapal Blitar Holland namun tidak mempunyai tujuan hidup. Ia berkeinginan untuk pergi jauh dari Makassar.
Ada seorang wanita keturunan Cina yang sering mengajari mengaji anak-anak di mushola kapal. Ia bernama Bunda Upe. Setiap malam, Ia menangisi dosa-dosanya yang telah berlalu.
Ada lagi seorang ulama Makasasar bernama Gurutta Ahmad Karaeng. Beliau selalu shalat berjamaah dan suatu hari beliau ingin menyelenggarakan pengajian di kapal. Beliau juga sering menjawab pertanyaan dari orang-orang dengan baik. Namun, Ia juga memendam pertanyaan yang tak seorang pun dapat menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar